Taylor Swift - 22

Senin, 12 Juni 2017

Asal Usul Sungai Landak



Asal Usul Sungai Landak
Legenda

Sungai Landak membentang di wilayah Kecamatan NgabangKabupaten Landak, Provinsi Kalimantan Barat. Dahulu, sebelum menjadi sungai, daerah ini masih berupa tanah lapang. Namun, karena suatu peristiwa, tanah lapang tersebut kemudian menjelma menjadi sungai. Peristiwa apakah itu? Lalu, mengapa dinamakan Sungai Landak?
Jawabannya dapat Anda temukan dalam cerita Legenda Sungai Landak berikut ini.
* *  *
Dahulu, di sebuah desa yang terletak di pinggir hutan di pedalaman Kalimantan Barat, hiduplah sepasang suami istri. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehari-hari sang Suami bercocok tanam dengan menanam palawija di ladang. Meskipun hidupnya serba
pas-pasan, pasangan suami istri tersebut selalu ingin membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan. 
Suatu malam, ketika sang Istri sudah tidur dengan nyenyaknya, sang Suami masih terlihat gelisah. Sesekali ia miring ke kanan, sesaat kemudian miring lagi ke kiri. Malam semakin larut, namun lelaki itu tetap tidak bisa memejamkan mata. Ia pun bangkit dari tidurnya lalu duduk di samping istrinya. 
“Huh, kenapa mataku sulit sekali kupejamkan?” keluh petani itu. 
Sesekali petani itu memandangi istrinya yang sudah terlelap. Suatu ketika, saat menoleh ke arah istrinya, ia dikejutkan oleh sebuah peristiwa aneh pada istrinya. Kepala sang Istri mengeluarkan asap. Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba seekor kelabang (lipan) yang memancarkan sinar berwarna putih keluar dari kepala istrinya. Kelabang itu kemudian merayap keluar dari rumahnya dan menuruni tangga. 
Petani itu mengikutinya hingga tiba di sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka. Kelabang itu lalu menghilang. Petani pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah dan sesampaianya di rumah ia melihat isterinya masih tertidur pulas.


Esok paginya, sang isteri petani menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. “Aku sedang berjalan di padang rumput, dan ada sebuah danau di sana. Aku melihat seekor landak raksasa di dalam danau itu. Ia melotot kepadaku, maka aku lari.”

Sang petani itu pun kemudian teringat aka kejadian tadi malam, lalu ia pun pergi lagi ke kolam. Di dalam kolam tersebut ia melihat suatu benda yang berkilau. Ia mengambilnya, ternyata sebuah patung landak dari emas. Patung itu sangat indah, matanya dari berlian. Petani pun akhirnya membawa landak emas itu pulang.
Pada malam harinya, ia mendapat petunjuk melalui mimpi. Dalam mimpi itu, ia didatangi seekor landak besar. 
“Tuan, izinkanlah hamba tinggal di rumah kalian. Sebagai imbalannya, hamba akan memberikan semua yang Tuan inginkan,” pinta landak raksasa itu kepada si Petani, “Patung itu cukup diusap kepalanya lalu mengucapkan mantra.”
Landak besar itu kemudian mengajarkan dua jenis mantra. Mantra pertama dibaca saat akan mulai meminta sesuatu, sedangkan mantra kedua dibaca untuk menghentikan apa telah diminta tersebut. Si petani pun dengan cepat menghafal kedua mantra tersebut. 
Keesokan harinya, petani itu bercerita kepada istrinya perihal mimpinya semalam. Mendengar cerita itu, sang Istri tidak sabar lagi ingin membuktikannya. 
“Wah, kalau begitu. Bagaimana kalau perkataan landak besar itu kita buktikan sekarang?” desak sang Istri, “Kanda masih hafal kan kedua mantra itu?”
“Iya, Dinda. Kanda telah menghafalnya dengan baik,” jawab sang Suami.
Sang Suami segera mengusap kepala patung landak emas itu lalu membaca mantra pertama. Setelah itu, ia pun menyampaikan keinginannya.
“Wahai, patung landak! Berikanlah kami beras yang melimpah!” pinta si Petani.
Seketika, butiran-butiran beras pun berhamburan keluar dari mulut patung landak emas itu. Setelah mendapatkan beras yang cukup, si Petani pun segera membaca mantra kedua untuk menghentikannya. Beras itu pun berhenti keluar dari mulut patung landak itu. Setelah itu, si Petani dan istrinya mengajukan permintaan lain seperti perhiasan dan segala sesuatu yang mereka butuhkan. Maka, dalam waktu singkat, mereka pun menjadi kaya raya. Keinginannya untuk membantu orang yang susah pun terkabulkan. Sebagian hartanya ia bagi-bagikan kepada mereka. 
Rupanya, di antara warga kampung itu, ada seorang perampok yang merasa iri. Ia pun segera menyelidiki asal muasal harta kekayaan suami istri itu. Setelah terus-menerus mengamati dan mengintai, akhirnya perampok itu mengetahui rahasia kekayaan mereka. 
“Ooohhh... ternyata patung landak sakti itu yang membuat mereka cepat kaya,” gumam si perampok.
Perampok itu pun segera menyusun siasat untuk bisa mendapatkan patung landak emas itu. Ia segera membuat patung landak yang bentuknya mirip patung landak yang sakti itu. Ketika sepasang suami istri itu pergi ke ladang, ia pun menyelinap masuk ke dalam rumah mereka lalu menukar patung landak emas itu dengan patung landak buatannya. Setelah berhasil mendapatkan patung landak emas itu, ia segera meninggalkan kampung itu dan pindah ke sebuah daerah bernama Ngabang (kini menjadi Kecamatan Ngabang). 
Saat itu, Ngabang sedang dilanda kekeringan. Warga sangat kesulitan mendapatkan air. Jangankan untuk mandi, air untuk dipakai memasak pun sangat sulit mereka peroleh. Melihat keadaan itu, timbullah niat si perampok untuk menjadi pemimpin di daerah itu. Ia pun segera mengumpulkan seluruh warga untuk menarik simpati mereka. 
“Wahai, seluruh penduduk Ngabang! Aku akan membantu kalian dari kesulitan yang kalian hadapi. Aku akan menyediakan air yang kalian butuhkan,” ujar si Perampok di hadapan seluruh warga Ngabang.
Para penduduk pun amat senang menyambut kabar gembira tersebut. Si Perampok kemudian mengusap kepala patung landak emas itu lalu membaca mantra pertama. Seketika, air pun memancar keluar dari mulut patung landak emas itu dengan deras. Semua warga bersorak-sorai gembira dan berlomba-lomba menadahi air itu dengan tempayan. 
“Horeee... horeee... kita dapat air!” terdengar teriakan gembira seluruh warga. 
Semakin lama, semburan air itu semakin deras hingga menggenangi daerah tersebut. Para warga yang mulai cemas segera meminta kepada si Perampok agar menghentikannya.
“Cukup... cukup...! Cepat hentikan...!” teriak para warga.  



Si perampok berusaha menutup mulut patung landak itu dengan telapak tangannya. Namun, ia tak kuasa membendung derasnya semburan air. Rupanya ia tidak mengetahui mantra kedua karena ia hanya menyaksikan petani itu membaca mantra yang pertama. 

Semakin lama, semburan air yang keluar dari mulut patung landak itu semakin deras. Sebagian wilayah Ngabang pun mulai tergenang banjir. Para warga yang ketakutan melihat kejadian itu berlarian meninggalkan daerah tersebut untuk menghindari banjir yang semakin besar. Si Perampok juga ingin melarikan diri, namun ia tidak dapat menggerakkan kaki dan tangannya. Dalam penglihatannya, ada seekor landak raksasa yang memegang kedua kakinya, sedangkan tangannya terasa lengket pada patung landak emas tersebut. 
Daerah Ngabang pun terendam banjir besar hingga menenggelamkan si perampok bersama patung landak emas. Sementara itu, patung landak itu terus-menerus menyemburkan air. Daerah itu tidak dapat lagi menampung genangan air yang semakin banyak sehingga air pun mengalir hingga membentuk sungai kecil dan kemudian menjadi sungai besar. 
Untuk mengenang peristiwa tersebut, masyarakat setempat menyebut sungai itu dengan nama Sungai Landak karena airnya bersumber dari mulut patung landak emas itu. Hingga kini, Sungai Landak masih dapat kita jumpai di Kecamatan Ngabang yang merupakan ibukota Kabupaten Landak, Kalimantan Barat. Aliran Sungai Landak ini melewati tengah-tengah Kota Ngabang. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, patung landak emas itu terus memancarkan air sampai sekarang sehingga Sungai Landak tidak pernah kering sepanjang tahun. 
* * *
Demikian cerita Legenda Sungai Landak dari Ngabang, Kalimantan Barat. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah bahwa jika sebuah barang berharga jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggungjawab dan serakah seperti si perampok akan mendatangkan bencana bagi dirinya sendiri dan orang lain.