Asal Usul Sungai
Landak
Legenda
Sungai Landak membentang di wilayah Kecamatan Ngabang, Kabupaten
Landak, Provinsi Kalimantan
Barat. Dahulu, sebelum menjadi sungai, daerah ini masih berupa tanah lapang. Namun, karena suatu
peristiwa, tanah lapang tersebut kemudian menjelma menjadi sungai. Peristiwa
apakah itu? Lalu, mengapa dinamakan Sungai Landak?
Jawabannya dapat Anda temukan dalam
cerita Legenda Sungai Landak berikut
ini.
* * *
Dahulu, di sebuah desa yang terletak di
pinggir hutan di pedalaman Kalimantan Barat, hiduplah sepasang suami istri.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, sehari-hari sang Suami bercocok tanam
dengan menanam palawija di ladang. Meskipun hidupnya serba
pas-pasan, pasangan suami istri tersebut
selalu ingin membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan.
Suatu malam, ketika sang Istri sudah
tidur dengan nyenyaknya, sang Suami masih terlihat gelisah. Sesekali ia miring
ke kanan, sesaat kemudian miring lagi ke kiri. Malam semakin larut, namun
lelaki itu tetap tidak bisa memejamkan mata. Ia pun bangkit dari tidurnya lalu
duduk di samping istrinya.
“Huh, kenapa mataku sulit sekali
kupejamkan?” keluh petani itu.
Sesekali petani itu memandangi istrinya
yang sudah terlelap. Suatu ketika, saat menoleh ke arah istrinya, ia dikejutkan
oleh sebuah peristiwa aneh pada istrinya. Kepala sang Istri mengeluarkan asap.
Selang beberapa saat kemudian, tiba-tiba seekor kelabang (lipan) yang
memancarkan sinar berwarna putih keluar dari kepala istrinya. Kelabang itu
kemudian merayap keluar dari rumahnya dan menuruni tangga.
Petani itu mengikutinya hingga tiba di
sebuah kolam tak jauh dari rumah mereka. Kelabang itu lalu menghilang. Petani pun
akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah dan sesampaianya di rumah ia melihat
isterinya masih tertidur pulas.
Esok paginya, sang isteri petani menceritakan mimpi yang dialaminya semalam. “Aku sedang berjalan di padang rumput, dan ada sebuah danau di sana. Aku melihat seekor landak raksasa di dalam danau itu. Ia melotot kepadaku, maka aku lari.”
Sang petani itu pun kemudian teringat
aka kejadian tadi malam, lalu ia pun pergi lagi ke kolam. Di dalam kolam
tersebut ia melihat suatu benda yang berkilau. Ia mengambilnya, ternyata sebuah
patung landak dari emas. Patung itu sangat indah, matanya dari berlian. Petani pun
akhirnya membawa landak emas itu pulang.
Pada malam harinya, ia mendapat petunjuk
melalui mimpi. Dalam mimpi itu, ia didatangi seekor landak besar.
“Tuan, izinkanlah hamba tinggal di rumah
kalian. Sebagai imbalannya, hamba akan memberikan semua yang Tuan inginkan,”
pinta landak raksasa itu kepada si Petani, “Patung itu cukup diusap kepalanya
lalu mengucapkan mantra.”
Landak besar itu kemudian mengajarkan
dua jenis mantra. Mantra pertama dibaca saat akan mulai meminta sesuatu,
sedangkan mantra kedua dibaca untuk menghentikan apa telah diminta tersebut. Si
petani pun dengan cepat menghafal kedua mantra tersebut.
Keesokan harinya, petani itu bercerita
kepada istrinya perihal mimpinya semalam. Mendengar cerita itu, sang Istri
tidak sabar lagi ingin membuktikannya.
“Wah, kalau begitu. Bagaimana kalau
perkataan landak besar itu kita buktikan sekarang?” desak sang Istri, “Kanda
masih hafal kan kedua mantra itu?”
“Iya, Dinda. Kanda telah menghafalnya
dengan baik,” jawab sang Suami.
Sang Suami segera mengusap kepala patung
landak emas itu lalu membaca mantra pertama. Setelah itu, ia pun menyampaikan
keinginannya.
“Wahai, patung landak! Berikanlah kami
beras yang melimpah!” pinta si Petani.
Seketika, butiran-butiran beras pun
berhamburan keluar dari mulut patung landak emas itu. Setelah mendapatkan beras
yang cukup, si Petani pun segera membaca mantra kedua untuk menghentikannya.
Beras itu pun berhenti keluar dari mulut patung landak itu. Setelah itu, si
Petani dan istrinya mengajukan permintaan lain seperti perhiasan dan segala
sesuatu yang mereka butuhkan. Maka, dalam waktu singkat, mereka pun menjadi
kaya raya. Keinginannya untuk membantu orang yang susah pun terkabulkan.
Sebagian hartanya ia bagi-bagikan kepada mereka.
Rupanya, di antara warga kampung itu,
ada seorang perampok yang merasa iri. Ia pun segera menyelidiki asal muasal
harta kekayaan suami istri itu. Setelah terus-menerus mengamati dan mengintai,
akhirnya perampok itu mengetahui rahasia kekayaan mereka.
“Ooohhh... ternyata patung landak sakti
itu yang membuat mereka cepat kaya,” gumam si perampok.
Perampok itu pun segera menyusun siasat
untuk bisa mendapatkan patung landak emas itu. Ia segera membuat patung landak
yang bentuknya mirip patung landak yang sakti itu. Ketika sepasang suami istri
itu pergi ke ladang, ia pun menyelinap masuk ke dalam rumah mereka lalu menukar
patung landak emas itu dengan patung landak buatannya. Setelah berhasil
mendapatkan patung landak emas itu, ia segera meninggalkan kampung itu dan
pindah ke sebuah daerah bernama Ngabang (kini menjadi Kecamatan Ngabang).
Saat itu, Ngabang sedang dilanda
kekeringan. Warga sangat kesulitan mendapatkan air. Jangankan untuk mandi, air
untuk dipakai memasak pun sangat sulit mereka peroleh. Melihat keadaan itu,
timbullah niat si perampok untuk menjadi pemimpin di daerah itu. Ia pun segera
mengumpulkan seluruh warga untuk menarik simpati mereka.
“Wahai, seluruh penduduk Ngabang! Aku
akan membantu kalian dari kesulitan yang kalian hadapi. Aku akan menyediakan
air yang kalian butuhkan,” ujar si Perampok di hadapan seluruh warga Ngabang.
Para penduduk pun amat senang menyambut
kabar gembira tersebut. Si Perampok kemudian mengusap kepala patung landak emas
itu lalu membaca mantra pertama. Seketika, air pun memancar keluar dari mulut
patung landak emas itu dengan deras. Semua warga bersorak-sorai gembira dan
berlomba-lomba menadahi air itu dengan tempayan.
“Horeee... horeee... kita dapat air!”
terdengar teriakan gembira seluruh warga.
Semakin lama, semburan air itu semakin
deras hingga menggenangi daerah tersebut. Para warga yang mulai cemas segera
meminta kepada si Perampok agar menghentikannya.
“Cukup... cukup...! Cepat hentikan...!”
teriak para warga.
Si perampok berusaha menutup mulut patung landak itu dengan telapak tangannya. Namun, ia tak kuasa membendung derasnya semburan air. Rupanya ia tidak mengetahui mantra kedua karena ia hanya menyaksikan petani itu membaca mantra yang pertama.
Semakin lama, semburan air yang keluar
dari mulut patung landak itu semakin deras. Sebagian wilayah Ngabang pun mulai
tergenang banjir. Para warga yang ketakutan melihat kejadian itu berlarian
meninggalkan daerah tersebut untuk menghindari banjir yang semakin besar. Si
Perampok juga ingin melarikan diri, namun ia tidak dapat menggerakkan kaki dan
tangannya. Dalam penglihatannya, ada seekor landak raksasa yang memegang kedua
kakinya, sedangkan tangannya terasa lengket pada patung landak emas
tersebut.
Daerah Ngabang pun terendam banjir besar
hingga menenggelamkan si perampok bersama patung landak emas. Sementara itu,
patung landak itu terus-menerus menyemburkan air. Daerah itu tidak dapat lagi
menampung genangan air yang semakin banyak sehingga air pun mengalir hingga
membentuk sungai kecil dan kemudian menjadi sungai besar.
Untuk mengenang peristiwa tersebut,
masyarakat setempat menyebut sungai itu dengan nama Sungai Landak karena airnya
bersumber dari mulut patung landak emas itu. Hingga kini, Sungai Landak masih
dapat kita jumpai di Kecamatan Ngabang yang merupakan ibukota Kabupaten Landak,
Kalimantan Barat. Aliran Sungai Landak ini melewati tengah-tengah Kota Ngabang.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, patung landak emas itu terus
memancarkan air sampai sekarang sehingga Sungai Landak tidak pernah kering
sepanjang tahun.
* * *
Demikian cerita Legenda Sungai Landak dari
Ngabang, Kalimantan Barat. Pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah
bahwa jika sebuah barang berharga jatuh ke tangan orang yang tidak
bertanggungjawab dan serakah seperti si perampok akan mendatangkan bencana bagi
dirinya sendiri dan orang lain.